Bagiku cinta adalah bangunan abstrak di otak. Maka segala alasan yang menahanku untuk lari dari cinta juga merupakan alasan-alasan yang bersifat abstrak. Sulit diungkapkan secara verbal atau dirangkai dengan kata-kata, namun sangat jelas tersirat dan sangat kuat tertancap di hati. Lantas apakah aku harus bersandar pada bangunan dan alasan-alasan abstrak tersebut? Entah, biar waktu yang menjawab.
"Ya muqollibal qulub, tsabit qolbi ‘ala tho’aatik, tsabit qolbi ‘ala syari’atik, tsabit qolbi ‘ala da’watik"
Friday, February 01, 2008
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment