December 17 2008
Wednesday, December 17, 2008
Wednesday, December 10, 2008
Friday, November 21, 2008
Thursday, October 16, 2008
Wednesday, September 24, 2008
Friday, September 19, 2008
Bismillah, indographstudio officially launching
Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
Dibulan dan hari yang baik ini (Jum'at 19 September 2008) indographstudio secara resmi launching. Semoga setelah ini, aktivitas indographstudio yang telah direncanakan tetap konsisten mendapatkan porsi waktu yang sesuai dengan jadwal yang telah direncanakan.
Terima kasih banyak untuk Rabb yang Maha Pengasih Maha Penyayang dan Maha Tau mana yang pantes dan mana yang gak pantes buat hamba-hambaNya :)
Untuk orang tua yang selalu mengalirkan buliran-buliran do'a di setiap lantunan do'anya :)
Untuk Mrs. Captain yang selalu memberi support dan senyuman ;) yang udah cape-cape nransletin tulisan yang rada gak jelas =D
Juga gak ketinggalan untuk temen-temen yang secara sarkastik mendorong gw buat cepet-cepet ngerilis website inih =D
Dengan penuh harap dan cemas sekali lagi gw ucapkan terima kasih dan Bismillah!
Tuesday, August 26, 2008
Wednesday, July 16, 2008
Sampah
Suatu waktu seorang siswi smp sedang bertingkah tidak sopan kepada gurunya, dilain waktu ditempat yang berbeda seorang siswi smp diceritakan tengah menjalin asmara dengan gurunya. Lain waktu lain cerita, jejalan budaya barat, kelas-kelas borjuis dengan kelas bawah disandingkan (lalu yang terakhir disebut diinjak-injak) tak puasnya dipertontonkan ke masyarakat. Bak alat produksi pabrik, 24 jam kali 7 hari. Sampah.
Budaya sampah, cerita-cerita sampah, nilai-nilai sampah dan moral sampah dilebur menjadi satu menjadi mesin-mesin sampah, mereka sebut sinetron. Sampah. Mesin-mesin sampah hanya akan menghasilkan produk-produk sampah atau dengan kata lain generasi sampah. Lihat tingkah laku generasi sampah sekarang, tingkah laku, pemikiran, gaya hidup dan moral semuanya sampah. Lantas apa yang bangsa ini bisa harapkan dari generasi sampah? Masa depan yang cerah dengan budaya sampah? atau masa depan yang cerah dengan moral sampah?. Buang semua mimpi-mimpi sekaligus pemimpinya itu ke tempat sampah!, ya karena memang itu tempatnya.
Dan tidak akan habis produk-produk sampah jikalau mesinnya tetap berproduksi. Lantas alasan apalagi yang menahan kita untuk berkata tidak pada mesin sampah?! Katakan tidak pada sinetron-sinetron yang hanya mempertontonkan nilai-nilai sampah! Terasa emosional? Enggak. Gw sebut ini ketegasan. Tidak ada toleransi bagi mesin perusak moral dan tidak ada tempat bagi penyebar nilai-nilai sampah. Entah chemistry apa yang membuat sel-sel otak ini ketika menulis tulisan ini langsung mengingatkan sebuah tembang milik Iwan Fals dengan judul "Bung Hatta". Mungkin karena gw ngerasa Bung Hatta adalah salah satu prototype anak bangsa yang seharusnya, ya mungkin. Sekali lagi katakan tidak pada mesin-mesin sampah!. Wallahuallam.
---
Bung Hatta
Tuhan terlalu cepat semua
Kau panggil satu-satunya yang tersisa
Proklamator tercinta...
Jujur lugu dan bijaksana
Mengerti apa yang terlintas dalam jiwa
Rakyat Indonesia...
Reff :
Hujan air mata dari pelosok negeri
Saat melepas engkau pergi...
Berjuta kepala tertunduk haru
Terlintas nama seorang sahabat
Yang tak lepas dari namamu...
Terbayang baktimu, terbayang jasamu
Terbayang jelas... jiwa sederhanamu
Bernisan bangga, berkafan doa
Dari kami yang merindukan orang
Sepertimu...
Oleh : Iwan Fals
Wednesday, June 18, 2008
Wednesday, June 11, 2008
Our Chibi
A bond made of the strings of love
Strings that make 'u n i' become 'we'
Strings that make our sadness melt down into kindness
Yes, this is our chibi ;)
Image Source : http://www.portlandtn.com/Strawberry_Harvest.jpg
Wednesday, May 21, 2008
Manusia Bebas
aku adalah manusia bebas
pengepak sayap kebebasan berpikir
pelintas cakrawala kebenaran
penembus ruang-ruang keadilan
aku adalah manusia bebas
seperti burung, bebas terbang kemanapun hati berkehendak
tak seperti pesawat, bebas terbang namun dikendalikan
manusia bebas, bebas sebebas-bebasnya
aku adalah manusia bebas
tanpa beban terus mengepak sayap
tanpa setiran terus melintas cakrawala
dan tanpamu terus menembus sudut-sudut angkasa
ya, aku manusia bebas
--
hdytsgt dengan didampingi :
- sisa-sisa pemandangan puncak pass
- sisa-sisa segarnya udara puncak pass
- dan semangat (rencana) pendakian Gn. Gede-Pangrango
Wednesday, May 14, 2008
Jalan Juang
Tuk menggapai cita
Jalan yang kau tempuh sangat panjang
Tak sekedar bongkah batu karang
Yakinlah wahai saudaraku
Kemenangan kan menjelang
Walau tak kita hadapi masanya
Tetaplah al-Haq pasti menang
Tanam di hati benih iman sejati
Berpadu dengan jiwa Rabbani
Tempa jasadmu jadi pahlawan sejati
Tuk tegakkan kalimat Ilahi
Pancang tekadmu jangan mudah mengeluh
Pastikan azzam-mu smakin meninggi
Kejayaan Islam bukanlah sekedar mimpi
Namun janji Allah yang Haq dan pasti..!
Album : Pewaris Negeri
Munsyid : Izzatul Islam
Sunday, May 04, 2008
Dijual Tanah + Rumah
[ ini baru kurang ajar, udah lama gak posting sekali posting malah ngiklan, tapi gpp gini-gini amanah nyokap =D, yo wes lanjut...]
Dijual Tanah + Rumah dengan alamat :
Jln. K Cipinang Muara 2 Rt. 04/04 no. 23 Jakarta Timur
Luas Tanah+Rumah 219 Meter
Depan jalan + masuk mobil
Contact : Bpk. Shobirin
Telp. 021-8416809
Wednesday, April 02, 2008
Tuesday, March 18, 2008
Ayo Zakat!
Dari gaji nyang kita terima tiap bulan ntu belon tentu semuanya punya kita Men!
2,5 %-nya kudu dizakatin tuh! jangan bakal nonton “Ayat2 Cinta” ada duit, tapi bakal zakat aja lupa!
Cuman 2,5 % doang Men, enteng!
Ya itung2 salah satu cara nyelengin n bakal ditebok dikampung akherat nanti :D
Lagian pan ngeberantas kemisikinan bukan cuma tugasnye pemerintah
Pokoknya insya Allah dah diganti sama yg lebih lebih lebih dan LEBIH…!!!
Ya ya ya? ZAKAT ya?!
[Prolog by : Ficky Nur Fadly aka botak]
-----------
Ingin mengambil dan menaruh badge dibawah pada blog anda?, dengan senang hati dipersilahkan (bahasa halusnya dari : tolong sebarkan! itung2 kampanye zakat =D)
-----------
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEifexKa5xSBBW852c9yLOuIdQk9erPvLv65OghyphenhyphennlhAt-tk1dDtLweyapUGmguTZjAuh2kWfJ3nrfbJshM61XGO0aZg8lIly677vIGiBqLexguZCV-NqaTeGnocNW-er6mPZsKF/s1600-h/ayozakatxsmall.png"><img src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEifexKa5xSBBW852c9yLOuIdQk9erPvLv65OghyphenhyphennlhAt-tk1dDtLweyapUGmguTZjAuh2kWfJ3nrfbJshM61XGO0aZg8lIly677vIGiBqLexguZCV-NqaTeGnocNW-er6mPZsKF/s320/ayozakatxsmall.png" border="0" /></a>
-----------
Tersedia juga dalam kemasan zip, praktis dan ekonomis ( =D ) : Download file zip
Tuesday, February 05, 2008
Suatu Senja di Cipinang Muara
“Slmlkm, bang nenek meninggal, tadi usi dapet info dari bapak. Usi lagi dijalan, abis uas langsung ke rumah nenek aja” m’sister, 2 Februari 2008 12:48
“Ass. Bang rencananya nenek mau dikuburin hari ini.” depu_sandra, 2 Februari 2008 14:23
Pesan singkat terakhir membuat fokusku buyar, hatiku tidak tenang dan pikiranku berantakan, soal-soal didepan mata semakin menjadi tidak menarik. Aku harus melihat nenek, cepat selesaikan ini!, pikirku. Pukul 3 kurang 15 menit, waktu ujianpun usai , ah akhirnya… sedikit lega memang namun aku masih tetap tidak bisa menenangkan diri. Kutinggalkan Deri dan Barito, cepat-cepat aku ambil motor di parkiran, kunyalakan mesin lalu kutancap gas. Aku hampir-hampir lupa akan keselamatanku, Agus yang menumpang dibelakang dan orang lain, entah berapa orang yang dongkol atas kelakuanku membawa motor kali ini. Ah… Nenek, jangan engkau pergi dulu, cucumu ini mau melihat wajahmu untuk yang terakhir kali, ya terakhir kali di dunia ini.
Agus kuturunkan di Shelter Busway Pasar Rebo, berbincang sebentar lalu kutancap gas, lagi-lagi aku hampir lupa akan keselamatanku dan orang lain, kali ini tanpa Agus.
Sekitar pukul 4 aku sudah sampai di gang rumah nenek, di kanan kiri terlihat beberapa bendera kuning bertuliskan : Ny. Daamah binti Dasmad, Rt 04/03. Ah… Nenek jangan kau pergi dulu.
Beberapa ratus meter dari rumah Nenek aku parkirkan motorku. “Git..!”, itu suara Bapak!, dari kumpulan para pelayat aku coba mencari asal suara itu, benar Bapak. Kutemukan beliau sedang duduk diluar rumah bersama dengan para pelayat lain, pakaiannya tidak serapih tadi pagi, mungkin habis mengurus jenazah Nenek. Dengan nafas yang masih terengah-engah aku hampiri beliau, aku cium tangannya dan kutanya :
“Nenek dimana pak?”
“Lagi dimandiin, Mamah juga didalem, ikut ngemandiin Nenek”, jawab beliau.
Ya Ibuku adalah anak ke 3 Nenek dari 7 bersaudara. Alhamdulillah sahutku dalam hati, aku masih diberi kesempatan untuk melihat wajahnya.
“Gita masuk pak”, pamitku.
“Nanti dulu Git, ini om Parno”, sahut beliau sambil memegang pundak seorang pria setengah baya disebelahnya.
Kutengok pria itu, kupasang senyum simpul dan kujabat tangannya. Hmm… Om Parno, aku ingat namanya tapi sudah lupa wajahnya, mungkin lebih dari 15 tahun kami tidak bertemu. Ah… siapapun itu sudah tidak dapat menarik perhatianku lagi, aku ingin cepat-cepat masuk dan melihat Nenek. Kucoba melepas jabatanku tapi Om Parno menggenggam tanganku, dari situ aku tahu kalau dia ingin mengobrol barang sebentar. Aku duduk disebelahnya untuk menghormatinya lalu dia bertanya :
“Abis ujian dimana?”
Mungkin Bapak sudah cerita tentang keterlambatanku, “Daerah Lenteng Agung Om”, jawabku, setelah pertanyaan itu omongan-omongannya sudah tidak lagi terdengar olehku, mungkin masuk ke telinga dan diproses diotak, tapi ternyata hati menolak. Hatiku masih tidak tenang, pikiranku hanya tertuju ke dalam rumah Nenek, maafkan aku om. Kutunggu omongannya selesai, setelah itu aku pamit kedalam.
Didalam aku temukan Nenek sedang dimandikan oleh beberapa ibu-ibu, ya Ibuku memang termasuk para pemandi jenazah Nenek. Untuk sementara aku tidak bisa mendekat sambil menunggu selesainya pemandian, aku duduk di halaman samping rumah disebelah adikku yang sudah lebih awal sampai. Mungkin tidak akan ada pembicaraan kalau bukan adikku yang memulai, aku pikir dia yang lebih merasa kehilangan karena belakangan baru aku tahu kalau setiap ada pembicaraan tentang Nenek dia selalu menunjukkan perhatiannya kepada Nenek.
“Udah selesai bang ujiannya?”, tanyanya sambil menoleh ke wajahku.
“Udah”, jawabku. Dan kami kembali membisu.
Tak lama pemandian jenazah selesai, kulihat Ibuku keluar sambil membawa sebuah baskom berisi air entah untuk apa, air itu ditaruh disebelah bangku didepanku. Lengan bajunya terlihat masih terlipat sampai sikut, pun bajunya banyak terdapat bekas cipratan air. Buru-buru aku hampiri ibuku lalu kucium tangannya,
“Baru sampe Git?”, tanyanya
“Iya Mah”, jawabku
Belum sempat aku perhatikan raut muka Ibuku, beliau langsung berlalu kembali ke dalam, mungkin untuk mengkafani jenazah Nenek pikirku. Benar saja, tak lama jenazah Nenek diangkat masuk ke dalam ruang utama rumah, buru-buru aku ikut kedalam.
Didalam, para pemandi jenazah dan semua anak perempuan Nenek mengkafani jenazah Nenek dengan sangat hati-hati. Aku duduk menghadap jenazah Nenek tepat didepan kaki beliau, sesekali isak tangis aku dengar tapi itu tak mengganggu pekerjaanku untuk memperhatikan wajahnya yang sudah tak terhitung kerutannya, perhatian itu membangkitkan memoriku dimana aku, Nenek, Orang Tuaku dan saudara-saudara yang lain berkumpul. Senyumnya, tawanya, cerita-ceritanya tentang masa kecilku, segala nasihatnya yang lebih sering aku abaikan, ya Rabb perasaan apakah ini? Baru kali ini perasaan ini hamba rasakan. Apakah ini yang banyak manusia lain sebut dengan Kehilangan?, kalau benar begitu betapa kuat dua sahabatku yang kemarin hari melepas kepergian ayahanda tercinta mereka. To, Nggo... sekarang aku mengerti apa yang kalian pernah rasakan saat itu.
Didalam lamunanku dalam posisi masih menghadap jenazah Nenek aku teringat kata-kata Bang Mamun beberapa waktu yang lalu : “Menangislah, karena menangis bukan hanya milik wanita”, ah... cepat-cepat aku usir pikiran itu, aku bangkit dari dudukku lalu pergi ke kamar Nenek. Disana, memori berbeda dari beberapa bulan yang lalu bangkit, ketika aku menyuguhkan bubur kacang kepadanya, ketika beliau menyuruhku minum lalu makan dan ketika beliau mencegahku untuk tidak pulang terlalu cepat. Ah... Nenek, andai aku mengikuti perintahmu untuk menginap barang sehari disana.
Mataku masih liar menjelajahi sudut-sudut kamar beliau, diatas meja disebelah kasurnya aku temukan sebuah piring kaca berisi pisang goreng, ya Rabb ini mungkin pisang goreng yang belum sempat beliau makan tadi pagi. Mataku kembali liar, aku yakin pandanganku tidak kosong namun selama menjelajahi kamar dengan mata, yang kudapatkan hanya memori-memori yang lalu. Ya Rabb, tenangkanlah beliau, lapangkanlah kuburnya, terimalah beliau di tempat terbaikMu Ya Rabb...
Aku kembali mengikuti proses pengkafanan di ruang utama rumah, setelah selesai anak dan cucu-cucu beliau diperkenankan mencium pipi sambil berdoa. Tiba giliranku, aku cium pipi kiri nenek sambil berdoa dalam hati, “Ya Rabb tenangkanlah beliau, lapangkanlah kuburnya dan terimalah beliau di tempat terbaikMu, amin..., maafkan cucumu ini Nek...”. Alhamdulillah prosesi pemakaman berjalan lancar, tidak ada hambatan. Pemakaman selesai sekitar ½ 6, dan kami rombongan keluarga meninggalkan pemakaman untuk kembali ke rumah duka.
Manusia dengan penuh cinta kasih yang saat ini aku akui bahwa aku sayang kepadanya telah pergi. Tidak perlu ada tangisan, karena bagiku ini adalah panggilan cinta Sang Pencipta kepada makhlukNya, akupun yakin ini yang terbaik untuk Nenek. Ya Rabb beliau adalah tamuMu, sungguh Engkau adalah sebaik-baik penyuguh tamuMu ya Rabb.
Manusia : lahir, muda, tua lalu meninggal, ketika mata-mata tertutup yang diingiri dengan tangisan duka, mata-mata yang lain terbuka diiringi dengan tangisan suka, semuanya terasa begitu cepat. Aku pikir kenikmatan hidup bukan dinilai dari seberapa lama manusia itu hidup di dunia, tapi seberapa banyak manusia itu menjadi manfaat bagi sesama manusia. Dan Nenekku telah membuktikan bahwa beliau adalah manusia yang bermanfaat bagi yang lain.
Selamat jalan Nek, doa cucumu ini selalu menyertaimu.
Friday, February 01, 2008
Bagiku cinta adalah bangunan abstrak di otak. Maka segala alasan yang menahanku untuk lari dari cinta juga merupakan alasan-alasan yang bersifat abstrak. Sulit diungkapkan secara verbal atau dirangkai dengan kata-kata, namun sangat jelas tersirat dan sangat kuat tertancap di hati. Lantas apakah aku harus bersandar pada bangunan dan alasan-alasan abstrak tersebut? Entah, biar waktu yang menjawab.
"Ya muqollibal qulub, tsabit qolbi ‘ala tho’aatik, tsabit qolbi ‘ala syari’atik, tsabit qolbi ‘ala da’watik"
Monday, January 21, 2008
Ketika hati penuh dengan kekosongan.
Pun disemua sudut-sudutnya tak lagi lengang.
Penuh tapi kosong.
Berisi namun hampa.
Ketika perlintasan jalan tak lagi ada petunjuk.
Kedua belah tangan gopoh-gapah mencari pegangan.
Semuanya gelap.
Hitam pekat sejauh mata memandang.
Di ujung lorong sana kulihat sinar yang terang.
Kucoba hampiri setapak demi setapak.
Entah berapa lubang yang tak kulihat sedang menanti.
Terang namun teramat jauh, serasa tak berujung.
Hati, mengapa kau selalu penuh dengan kekosongan?
Dan kau jiwa, mengapa tak juga kau bangkit?
Kau Kepribadian, ya kau, dimana lagi kau mengumpat?
Allahu ma'i, Allahu naadhiri, Allahu syahidi!
Labelz: Poemz
Tuesday, January 08, 2008
Curhatan Tak Berjudul
Tetralogi Buru hasil karya Pramoedya Ananta Toer berhasil menyihir gw, gaya bahasa dan cara menyampaikan sesuatu yang sangat khas Pram(menurut penilaian gw) menarik hati ini untuk mencoba-coba gaya bahasanya* (kalau merasa gak ada nuansa Pram-nya sama sekali, dipersilahkan menekan tombol close pada browser anda =D). Kebetulan!, sekaligus menjawab pertanyaan 1 teman dan 1 Abang gw, dan hasilnya seperti dibawah ini :
Mas Soleh adalah orang kedua setelah Eva pada hari kemarin yang menanyakan status blog gw, masih hidup atau sudah tamat. Gak ada inspirasi? Bukan. Males? Bukan, bukan sama sekali. Diotak yang tidak terlalu besar ini telah bertumpuk pemikiran-pemikiran dari berbagai bidang atau bahkan sekedar sumpah serapah kedongkolan atas beberapa sikap maupun perbuatan badut-badut politik. Terkadang dalam kegelapan sebelum tidurpun otak ini masih enggan berhenti bekerja, semua yang ada didalamnya dimuntahkan lantas dijejerkan seakan memaksa tubuh yang sudah tergeletak tak berdaya di atas kasur ini untuk bangkit menyalakan lampu dan mencoba menulis sesuatu. Dan bukan hanya otak, PC dan Monitor dan jam dinding dari Sang Bidadari dan tumpukan kertas kerjaan dan baju-baju yang tergantung lepas pada gantungan baju seakan berbicara, seakan semuanya bersorak memberi semangat untuk menulis. Hanya tumpukan buku yang membelot, meminta cepat dihabiskan. Dan diri ini masih tetap berteriak dalam kebisuan.
Sibuk, lebih tepatnya so sibuk! dan parahnya semuanya dijalani secara tidak teratur. Ini mungkin manifestasi ketidakbecusan memanfaatkan libur panjang kemarin. Waktu luang yang banyak seharusnya dapat dimanfaatkan sebaik mungkin untuk kembali merancang sekaligus merapihkan rancangan kegiatan yang telah direncanakan. Dan sekarang sudah tidak mungkin lagi menyesali waktu yang telah lewat. Semua harus dijalani sembari menanti waktu luang untuk merapihkan rancangan kegiatan. Sayang belum dapat mencuri waktu luang, kalaupun dapat hanya bisa menghasilkan curhatan sepanjang ini. Dalam situasi seperti ini terkadang ingin sekali saja(ya, untuk saat ini cukup sekali saja!, bukan begitu bu? =D) melihat senyuman Sang Bidadari nan jauh disana, sekiranya dapat, mungkin diri ini akan diliputi aura semangat dan tangan dengan lima jarinya mungkin akan merangsek masuk ke dalam rongga dada ini sekaligus membelai organ hati yang ada didalamnya. Semangat!
Kemarin gw sempat melihat postingan terakhir dari blog sahabat gw. Kreatif. Setelah meminta izin terlebih dahulu untuk meletakkannya juga diblog gw plus satu gambar tambahan gw, maka hasilnya seperti dibawah ini (yang kurang lebih mewakili keinginan gw saat ini) :
* dengan AKU diganti menjadi GW
Labelz: Curhatz